Menjelang akhir tahun dan libur Nataru, Pemerintah telah menyiapkan kebijakan demi mencegah kenaikan kasus Covid-19 akibat mobilitas masyarakat. Mentang-mentang, harga tes PCR sudah diturunkan Presiden Jokowi menjadi Rp300 ribuan, Kementerian Perhubungan dan Menko Luhut sebagai (masih) Koordinator PPKM Jawa-Bali, mengatakan bahwa tes swab PCR berkewajiban dilakukan pada seluruh moda transportasi, jika berjarak tempuh lebih dari 250 km.
Positif thinking, mungkin hal ini benar dibuat demi kemaslahatan masyarakat. Pasalnya, menurut Survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub memprediksi bahwa 19,9 juta orang akan melakukan perjalanan di Jawa – Bali.
Tetapi kemudian ada fakta mengejutkan yang membuat rakyat berpikir bahwa kebijakan yang dibuat terburu-buru dan tak masuk akal ini memiliki motif lain yaitu menyelamatkan bisnis PCR yang didalamnya turut serta andil pejabat tersohor kita, Luhut Binsar Pandjaitan.
Dugaan pun beredar, perusahaan yang memfasilitasi laboratorium untuk menguji hasil tes PCR yaitu PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), diketahui terafiliasi dengan dua perusahaan milik Luhut yaitu PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi. Tidak tanggung-tanggung, kedua anak usaha Luhut itu mengantongi 242 lembar saham senilai Rp242 juta di GSI.
Ditambah data yang diungkap oleh Koalisi Masyarakat Sipil untuk Kesehatan dan Keadilan yang terdiri dari ICW (Indonesia Corruption Watch) YLBHI, LaporCovid-19, dan Lokataru mengungkapkan fakta bahwa setidaknya ada Rp23 triliun uang berputar pada bisnis PCR.
Amanda Tan mewakili LaporCovid-19 di koalisi tersebut, menyatakan perputaran uang yang sudah triliunan ini tentu saja semakin tajam kala adanya kebijakan penggunaan PCR di seluruh moda transportasi, “Total potensi keuntungan yang didapatkan adalah sekitar Rp10 triliun lebih,” ujar Amanda Tan dalam keterangannya pada Minggu (31/10).
Juru bicara Menko Marves buka suara tentang rumor ini. Dia mengemukakan bahwa kehadiran Luhut Binsar Pandjaitan di GSI karena diajak oleh koleganya seperti petinggi perusahaan PT Adaro Energy dan PT Indika Energy. Dirinya juga menegaskan bahwa pimpinannya hanya memiliki saham di bawah 10 persen.
Padahal jika kita hitung secara kalkulasi awam, apabila saham Luhut di GSI hanya mentok 10% saja, maka margin keuntungan yang didapatkan sekitar Rp30 triliun, jika terdapat 1 juta orang yang melakukan PCR seharga Rp300.000.
Dan dengan kebijakan baru buatannya, bukan tidak mungkin bagi Luhut dan bisnis PCR-nya untuk meraup keuntungan triliunan rupiah. Terlebih mengetahui bahwa akan ada 19,9 juta orang yang akan bepergian di Jawa – Bali di akhir tahun.